Obsessive Compulsive Disorder (OCD)

Oleh:

Putri Kania Azzahra (2408015089)

Mahasiswa Aktif Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA

Everywhere the human soul stands between a hemisphere of light and another of darkness; on the confines of the two everlasting empires, necessity and free will” – Thomas Carlyle
 

Introduction: The Illusion of Freedom

Sebagai anak-anak, kita sering bermimpi untuk cepat tumbuh dewasa agar bisa lepas dari berbagai aturan. Masa dewasa tampak menjanjikan kebebasan; kemampuan untuk memilih ke mana harus pergi, apa yang ingin dimakan, dan bagaimana menjalani hidup. Namun, bagi individu dengan Gangguan Obsesif-Kompulsif (Obsessive-Compulsive Disorder/OCD), kebebasan ini bukanlah sesuatu yang mudah dirasakan. Dikutip dari Stein et al. 2019, penderita OCD terjebak di antara pikiran-pikiran yang mengganggu (obsesi) dan perilaku yang berulang-ulang (kompulsi). Mereka dihadapkan pertanyaan mendasar: seberapa bebaskah pilihan-pilihan yang mereka buat?

Kehendak bebas; kemampuan untuk membuat keputusan tanpa paksaan dari luar; sering dipandang sebagai dasar dari otonomi manusia. Namun, bagaimana jika pilihan kita tidak hanya dipengaruhi oleh pikiran sadar, tetapi juga oleh kekuatan tak terlihat di dalam tubuh kita? Penelitian terbaru menunjukkan bahwa triliunan mikroorganisme dalam sistem pencernaan kita, yang dikenal sebagai mikrobiota usus, berperan penting dalam membentuk pikiran, perilaku dan pengambilan keputusan. Bagi mereka yang hidup dengan OCD, pengaruh mikrobiota ini menimbulkan pertanyaan baru tentang hakikat kehendak bebas dan kemungkinan untuk mendapatkan kembali otonomi melalui sains.

The Gut-Brain Connection: A Hidden Network

Usus merupakan rumah bagi komunitas yang terdiri dari lebih 100 miliar mikroorganisme yang menjalankan fungsi-fungsi vital, mulai dari membantu proses pencernaan hingga mengatur sistem kekebalan tubuh (Ramakrishna, 2013; Jandhyala, 2015; Hollister., dkk, 2014 dalam Sebastián-Domingo., dkk, 2017). Mikroorganisme ini membentuk ekosistem yang dinamis yang dipengaruhi oleh pola makan, gaya hidup, usia, dan penggunaan antibiotik (Nagpal., dkk, 2018; O’Toole., dkk, 2015; Santoro., dkk, 2018; Maffei., dkk, 2017 dalam Halverson., dkk, 2020). Ketika ekosistem ini terganggu; suatu kondisi yang dikenal sebagai disbiosis; dampaknya dapat dirasakan tidak hanya pada kesehatan fisik, tetapi juga kesehatan pada mental.

Kunci dari hubungan ini terletak pada poros mikrobiota-usus-otak (Microbiota-Gut-Brain Axis/MGBA), yaitu jaringan komunikasi dua arah yang menghubungkan usus dan otak melalui jalur saraf, hormon, dan molekul kekebalan tubuh (Bendriss et al. 2023). Usus bagaikan sebuah kota yang sibuk: ia terus-menerus mengirimkan sinyal ke otak yang dapat mempengaruhi suasana hati, fungsi kognitif, bahkan proses pengambilan keputusan.

OCD: A Battle Against Control

Obsessive-Compulsive Disorder (OCD) adalah kondisi kesehatan mental yang ditandai oleh pikiran yang terus-menerus dan mengganggu (obsesi), serta perilaku berulang (kompulsi) yang dilakukan untuk meredakan tekanan psikologis (Stein et al. 2019). Seseorang dengan OCD, misalnya, mungkin merasa terdorong untuk mencuci tangan berulang kali guna menghilangkan rasa takut akan kontaminasi, meskipun ia menyadari bahwa tindakan tersebut tidak logis atau tidak perlu dilakukan. Dorongan-dorongan semacam ini memunculkan pertanyaan mendalam: apakah individu tersebut benar-benar memiliki kehendak bebas, ataukah tindakan mereka sepenuhnya dikendalikan oleh kondisi yang mereka alami?

Studi terbaru menunjukkan bahwa mikrobiota usus dapat turut berkontribusi terhadap gejala OCD melalui mekanisme disbiosis. Disbiosis dapat mengganggu poros mikrobiota usus-otak (Microbiota-Gut-Brain Axis/MGBA), yang kemudian mempengaruhi produksi molekul-molekul penting bagi fungsi otak (Bendriss et al. 2023). Salah satu kelompok molekul tersebut adalah asam lemak rantai pendek (short-chain fatty acids/SCFA), seperti butirat, yang dihasilkan oleh bakteri usus. SCFA memiliki kemampuan untuk melintasi sawar darah-otak dan mempengaruhi neurotransmitter, seperti serotonin dan dopamin, dua senyawa penting yang mengatur suasana hati dan perilaku (Cummings et al. 1997; Russell et al. 2013).

Dalam penelitian pada hewan, kadar butirat yang rendah telah dikaitkan dengan peningkatan permeabilitas usus dan otak. Kondisi ini berpotensi mengganggu keseimbangan neurotransmitter dan memperburuk perilaku yang menyerupai OCD (Asbjornsdottir., dkk, 2020; Caviglia., dkk, 2019; Louis., dkk, 2009; Rivière., dkk, 2016; Szentirmai., dkk, 2019; Stilling., dkk, 2016; Hamer., dkk, 2008 dalam Bendriss., dkk, 2023).

Neurotransmitters and the Gut’s Role in OCD

Menurut Adams et al. (2005), serotonin dan dopamin merupakan neurotransmitter yang sangat relevan dalam konteks OCD. Serotonin, yang sering disebut sebagai “bahan kimia perasaan-baik”, berperan dalam mengatur suasana hati dan tingkat kecemasan. Individu dengan OCD sering menunjukkan peningkatan aktivitas reseptor serotonin pada sirkuit otak kortiko-striato-talamo-kortikal (CSTC), yang mungkin terjadi sebagai respons kompensasi terhadap rendahnya kadar serotonin. Disinilah usus memainkan peran penting: bakteri seperti Lactobacillus dan Bifidobacterium membantu memproduksi serotonin melalui metabolisme triptofan, yaitu molekul prekursor serotonin. Namun, disbiosis; ketidakseimbangan mikrobiota usus; dapat mengganggu proses ini, mengurangi ketersediaan serotonin, dan pada akhirnya memperparah gejala OCD (O’Mahony., dkk, 2015; Adams., dkk, 2005; Sudo., dkk, 2004; Morris., dkk, 2017 dalam Bendriss., dkk, 2023).

Selain itu, dopamin, neurotransmitter yang terlibat dalam sistem penghargaan dan motivasi, juga menunjukkan keterlibatan dalam OCD. Beberapa pasien OCD diketahui mengalami aktivitas dopamin yang berlebihan di area ganglia basal, yang berkontribusi terhadap perilaku kompulsif (Denys et al. 2004).

Menariknya, bakteri usus tertentu; seperti Enterococcus; mampu memproduksi atau memetabolisme dopamin, dan disbiosis diketahui dapat mempengaruhi aktivitas reseptor dopamin (Bercik et al. 2011). Temuan-temuan ini menyoroti bahwa mikrobiota usus berpotensi mempengaruhi sirkuit saraf yang mendasari OCD, sehingga menentang anggapan bahwa perilaku kompulsif sepenuhnya berasal dari proses kognitif atau kesadaran individu.

Free Will in Question: A Philosophical Perspective

Jika mikroba usus dapat mempengaruhi neurotransmitter dan sirkuit otak, maka timbul pertanyaan mendalam: sejauh mana keputusan kita benar-benar bebas? Dalam filsafat, kehendak bebas telah lama menjadi perdebatan. Kaum determinis berpendapat bahwa tindakan manusia ditentukan oleh faktor biologis dan lingkungan, sementara kaum libertarian meyakini bahwa manusia memiliki otonomi penuh dalam memilih tindakannya. Pada individu dengan OCD, ketidakseimbangan mikrobiota yang tidak terkendali memperkuat argumen deterministik, karena dorongan obsesif-kompulsif mereka kemungkinan besar dipicu oleh faktor biologis yang berada di luar kendali kesadaran.

Pandangan ini selaras dengan metafora Thomas Carlyle tentang jiwa manusia yang berdiri di antara “cahaya” (otonomi) dan “kegelapan” (kebutuhan atau dorongan naluriah). Bagi penderita OCD, kegelapan berupa dorongan kompulsif yang kuat kerap membayangi keinginan mereka untuk memilih secara bebas, seolah kehendak pribadi dikaburkan oleh tekanan internal yang tak disadari. Meski demikian, kehendak bebas bukanlah ilusi sepenuhnya. Sifat mikrobiota yang dinamis dan dapat dimodifikasi memberikan harapan: intervensi ilmiah dan terapeutik dapat membantu individu merebut kembali sebagian otonomi mereka melalui perubahan biologis yang mendukung kebebasan memilih.

Modulating the Gut: A Path to Autonomy?

Intervensi medis yang berkembang; seperti probiotik, prebiotik, dan transplantasi mikrobiota tinja (fecal microbiota transplantation/FMT); menunjukkan harapan dalam memulihkan keseimbangan mikrobiota usus serta meredakan gejala OCD. Dalam sebuah studi pada hewan, penggunaan probiotik Lactobacillus casei terbukti dapat mengurangi perilaku mirip OCD dengan cara memodulasi ekspresi gen yang dapat berkaitan dengan neurotransmitter serotonin dan dopamin (Bendriss et al. 2023).

Meskipun OCD merupakan kondisi kompleks yang dipengaruhi oleh faktor genetik, psikologis, lingkungan, dan biologis, pendekatan melalui modulasi poros mikrobiota-usus-otak (MGBA) menawarkan kemungkinan baru dalam penangannya. Walau sebagian besar penelitian masih terbatas pada model hewan, hasil-hasil awal tersebut membuka peluang akan terapi inovatif yang tidak hanya meredakan gejala, tetapi juga memberdayakan individu dengan OCD untuk merebut kembali rasa otonomi dan kendali atas diri mereka sendiri.

Conclusion: Redefining Free Will

Penemuan mengenai peran mikrobiota usus dalam OCD menentang pandangan konvensional tentang kehendak bebas, dan memperlihatkan sejauh mana faktor biologis turut membentuk perilaku dan pilihan individu. Namun, meskipun biologi memainkan peran penting, manusia juga memiliki kemampuan untuk mempengaruhi tubuh mereka sendiri; melalui pola makan, penggunaan probiotik, serta berbagai intervensi medis dan psikologis.

Dengan demikian, kehendak bebas bukanlah konsep absolut, melainkan suatu interaksi dinamis antara otak, tubuh, dan lingkungan mikroba. Bagi individu dengan OCD, pemahaman ini menghadirkan tantangan sekaligus harapan; bahwa otonomi bukanlah mustahil, melainkan dapat didekati melalui pemulihan keseimbangan biologis dan psikologis.

Sebagaimana metafora Carlyle tentang jiwa yang terombang-ambing antara cahaya dan kegelapan, penderita OCD pun berada dalam perjuangan untuk keluar dari belenggu kebutuhan biologis menuju cahaya kebebasan yang lebih otentik. Dengan memahami dan memanfaatkan peran mikrobiota usus, kita tidak hanya menemukan pendekatan baru untuk mengatasi OCD, tetapi juga memperluas makna kebebasan manusia di era biologi modern.

Referensi

Adams KH, Hansen ES, Pinborg LH, Hasselbalch SG, Svarer C, Holm S, Bolwig TG, Knudsen GM. Patients with obsessive-compulsive disorder have increased 5-HT2A receptor binding in the caudate nuclei. Int. J. Neuropsychopharmacol. 2005; 8: 391–401. doi: 10.1017/S1461145705005055. Epub 2005 Apr 1. PMID: 15801987.

Asbjornsdottir B, Snorradottir H, Andresdottir E, Fasano A, Lauth B, Gudmundsson LS, Gottfredsson M, Halldorsson TI, Birgisdottir BE. Zonulin-dependent intestinal permeability in children diagnosed with mental disorders: A systematic review and meta-analysis. Nutrients. 2020; 12 (7): 1982. doi: 10.3390/nu12071982. PMID: 32635367; PMCID: PMC7399941.

Bercik P, Denou E, Collins J, Jackson W, Lu J, Jury J, Deng Y, Blennerhassett P, Macri J, McCoy KD, et al. The intestinal microbiota affect central levels of brain-derived neurotropic factor and behavior in mice. Gastroenterology. 2011; 141 (2): 599–609.e1-3. doi: 10.1053/j.gastro.2011.04.052. Epub 2011 Apr 30. PMID: 21683077.

Bendriss G, MacDonald R, McVeigh C. Microbial Reprogramming in Obsessive– Compulsive Disorders: A Review of Gut–Brain Communication and Emerging Evidence. Int. J. Mol. Sci. 2023; 24 (15): 11978. doi: 10.3390/ijms241511978. PMID: 37569349; PMCID: PMC10419219.

Caviglia GP, Rosso C, Ribaldone DG, Dughera F, Fagoonee S, Astegiano M, Pellicano R. Physiopathology of intestinal barrier and the role of zonulin. Minerva Biotecnol. 2019; 31 (3): 83–92. doi: 10.23736/S1120-4826.19.02554-0

Cummings JH, Macfarlane GT. Role of intestinal bacteria in nutrient metabolism. JPEN J Parenter Enteral Nutr. 1997; 21 (6): 357–365. doi: 10.1177/0148607197021006357. PMID: 9406136.

Denys D, Fluitman S, Kavelaars A, Heijnen C, Westenberg H. Decreased TNF-alpha and NK activity in obsessive-compulsive disorder. Psychoneuroendocrinology. 2004; 29 (7): 945–952. doi: 10.1016/j.psyneuen.2003.08.008. PMID: 15177711.

Halverson T, Alagiakrishnan K. Gut microbes in neurocognitive and mental health disorders. Annals of Medicine. 2020; 52 (8): 423–443. https://doi.org/10.1080/07853890.2020.1808239

Hamer HM, Jonkers D, Venema K, Vanhoutvin S, Troost FJ, Brummer RJ. Review article: The role of butyrate on colonic function. Aliment. Pharmacol. Ther. 2008; 27 (7): 104–19 . doi: 10.1111/j.1365-2036.2007.03562.x. Epub 2007 Oct 25. PMID: 17973645.

Hollister EB, Gao C, Versalovic J. Compositional and functional features of the gastrointestinal microbiome and their effects on human health. Gastroenterology. 2014; 146 (6): 1449-58. DOI: 10.1053/j.gastro.2014.01.052

Jandhyala SM, Talukdar R, Subramanyam C, et al. Role of the normal gut microbiota. World J Gastroenterol. 2015; 21 (29): 8787-803. doi: 10.3748/ wjg.v21.i29.8787

Louis P, Flint HJ. Diversity, metabolism and microbial ecology of butyrate-producing bacteria from the human large intestine. FEMS Microbiol. Lett. 2009; 294 (1): 1–8. doi: 10.1111/j.1574-6968.2009.01514.x. Epub 2009 Feb 13. PMID: 19222573.

Maffei VJ, Kim S, Blanchard E, et al. Biological aging and the human gut microbiota. J Gerontol A Biol Sci Med Sci. 2017; 72 (11): 1474–1482

Morris G, Berk M, Carvalho A, Caso JR, Sanz Y, Walder K, Maes M. The Role of the Microbial Metabolites Including Tryptophan Catabolites and Short Chain Fatty Acids in the Pathophysiology of Immune-Inflammatory and Neuroimmune Disease. Mol Neurobiol. 2017; 54 (6): 4432-4451. doi: 10.1007/s12035-016-0004-2. Epub 2016 Jun 27. PMID: 27349436.

Nagpal R, Mainali R, Ahmadi S, et al. Gut microbiome and aging: Physiological and mechanistic insights. Nutr Healthy Aging. 2018; 4 (4): 267–285.

O’Mahony SM, Clarke G, Borre YE, Dinan TG, Cryan JF. Serotonin, tryptophan metabolism and the brain-gut-microbiome axis. Behav. Brain Res. 2015; 277: 32–48. doi: 10.1016/j.bbr.2014.07.027. Epub 2014 Jul 29. PMID: 25078296.

O’Toole PW, Jeffery IB. Gut microbiota and aging. Science. 2015; 350 (6265): 1214–1215.

Ramakrishna BS. Role of the gut microbiota in human nutrition and metabolism. J Gastroenterol Hepatol. 2013; 28 (Suppl 4): 9-17. doi: 10.1111/ jgh.12294

Rivière A, Selak M, Lantin D, Leroy F, De Vuyst L. Bifidobacteria and Butyrate-Producing Colon Bacteria: Importance and Strategies for Their Stimulation in the Human Gut. Front. Microbiol. 2016, 7, 979. doi: 10.3389/fmicb.2016.00979. PMID: 27446020; PMCID: PMC4923077.

Russell WR, Hoyles L, Flint HJ, et al. Colonic bacterial metabolites and human health. Curr Opin Microbiol. 2013; 16 (3): 246–254.

Santoro A, Santoro A, Ostan R, et al. Gut microbiota changes in the extreme decades of human life: A focus on centenarians. Cell Mol Life Sci. 2018; 75 (1): 129–148.

Sebastián-Domingo JJ, Sánchez-Sánchez C. From the intestinal flora to the microbiome. Rev Esp Enferm Dig. 2018; 110 (1): 51-56.

Stein DJ, Costa DLC, Lochner C, Miguel EC, Reddy YCJ, Shavitt RG, van den Heuvel OA, Simpson HB. Obsessive-compulsive disorder. Nat Rev Dis Primers. 2019; 5

Stilling RM, van de Wouw M, Clarke G, Stanton C, Dinan TG, Cryan JF. The neuropharmacology of butyrate: The bread and butter of the microbiota-gut-brain axis? Neurochem. Int. 2016: 99: 110–132. doi: 10.1016/j.neuint.2016.06.011. Epub 2016 Jun 23. PMID: 27346602.

Leave a Comment