Selamat Hari Lahir Pancasila

Hari Lahir Pancasila: Warisan Abadi untuk Bangsa Indonesia

Setiap tanggal 1 Juni, bangsa Indonesia memperingati Hari Lahir Pancasila—bukan sekadar sebagai momen historis, tapi sebagai pengingat akan nilai-nilai luhur yang menyatukan kita sebagai satu bangsa. Pancasila bukan hanya dasar negara, melainkan jiwa kolektif yang hidup dalam kebinekaan: menyatukan agama, budaya, bahasa, dan pandangan dalam satu semangat persatuan.

Namun, tahukah kamu bagaimana awal mula Pancasila lahir? Dan mengapa tanggal 1 Juni dipilih sebagai tonggak sejarahnya? Mari kita telusuri bersama jejak lahirnya Pancasila, bukan hanya sebagai dokumen kenegaraan, tetapi juga sebagai warisan nilai yang membentuk karakter bangsa Indonesia hingga hari ini.

Awal Mula: Dari Kebangkitan Nasional Hingga Sidang BPUPKI

Nilai-nilai Pancasila sesungguhnya telah tumbuh dan berkembang jauh sebelum 1945. Sejarah mencatat konsep Pancasila Krama dalam kitab Sutasoma karya Mpu Tantular di abad ke-14, yang berarti lima prinsip moral hidup: tidak membunuh, mencuri, berzina, mabuk, dan berjudi (Brata & Wartha, 2017).

Kebangkitan nasional Indonesia muncul sebagai reaksi atas kolonialisme Barat, diawali dengan berdirinya Budi Utomo tahun 1908. Semangat perlawanan terus berkembang hingga masa pendudukan Jepang, ketika dibentuklah Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) untuk merumuskan dasar negara.

1 Juni 1945: Pidato Soekarno dan Istilah Pancasila

Pada sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno menyampaikan pidato monumental tentang dasar negara Indonesia. Ia menawarkan lima prinsip: kebangsaan, internasionalisme, demokrasi, kesejahteraan sosial, dan ketuhanan, yang kemudian ia namakan “Pancasila” (Wedakarna, 2022).

Meski tokoh lain seperti Mohammad Yamin dan Soepomo juga mengusulkan gagasan dasar negara, pidato Soekarno-lah yang menyatukan kelima prinsip itu dalam sebuah nama dan struktur yang utuh, menjadikannya tonggak awal Hari Lahir Pancasila.

Piagam Jakarta dan Perumusan Final 18 Agustus 1945

Setelah pidato 1 Juni, dibentuklah Panitia Sembilan, yang terdiri dari tokoh-tokoh lintas agama dan ideologi seperti Soekarno, Hatta, Agus Salim, A.A. Maramis, dan lainnya. Mereka merumuskan Piagam Jakarta pada 22 Juni 1945.

Namun, demi menjaga persatuan bangsa, terutama dalam keberagaman agama, sila pertama yang semula berbunyi:

“Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”
diubah menjadi:
“Ketuhanan Yang Maha Esa”


pada sidang PPKI 18 Agustus 1945 saat UUD 1945 disahkan (Brata & Wartha, 2017).

Perdebatan Hari Lahir Pancasila: 1 Juni, 22 Juni, atau 18 Agustus?

Sepanjang Orde Baru, pidato Soekarno 1 Juni dilarang diperingati secara resmi. Pemerintah saat itu lebih memilih 1 Oktober sebagai Hari Kesaktian Pancasila, yang berkaitan dengan keberhasilan menumpas G30S/PKI.

Setelah reformasi, muncul desakan dari berbagai tokoh nasional, seperti Megawati Soekarnoputri, Taufiq Kiemas, dan kalangan akademisi, agar 1 Juni diakui sebagai hari lahir ideologi bangsa. Akhirnya, pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo, perjuangan itu terwujud melalui Keppres No. 24 Tahun 2016, yang secara resmi menetapkan 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila dan hari libur nasional (Santika, 2021).

Trisila dan Ekasila: Kontroversi dan Penyederhanaan

Dalam pidatonya, Soekarno sempat menyederhanakan Pancasila menjadi:

  • Trisila: Sosio-nasionalisme, sosio-demokrasi, dan ketuhanan yang berkebudayaan
  • Ekasila: Gotong royong

Namun, kedua konsep ini tidak dimaksudkan untuk menggantikan lima sila yang telah disepakati secara nasional. Ketika muncul kembali dalam RUU Haluan Ideologi Pancasila, konsep Trisila dan Ekasila memicu polemik karena dianggap menyederhanakan makna asli Pancasila yang bersifat utuh dan menyeluruh (Wedakarna, 2022).

Pancasila Hari Ini: Dari Simbol Menjadi Aksi

Pancasila bukan hanya slogan atau dokumen sejarah. Ia adalah panduan hidup bangsa Indonesia. Di tengah arus globalisasi, radikalisme, dan disinformasi, Pancasila adalah jangkar identitas yang menyatukan bangsa.

Generasi muda harus menjadi pelopor dalam mengamalkan Pancasila melalui tindakan nyata: gotong royong, toleransi, keadilan sosial, cinta tanah air, dan semangat persatuan. Pemerintah pun aktif melalui Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) untuk membumikan nilai-nilai luhur ini dalam kehidupan sehari-hari.

Penutup

Hari Lahir Pancasila bukan sekadar momen historis. Ia adalah panggilan moral untuk menjaga fondasi bangsa yang telah dibangun dengan pengorbanan dan perjuangan. Semangat 1 Juni adalah semangat persatuan dalam keberagaman, dan menjadi pengingat bahwa Pancasila bukan hanya dasar negara, tetapi jiwa bangsa Indonesia.

Selamat Hari Pancasila

Mari kita jadikan Pancasila bukan hanya dasar negara, tetapi juga dasar bertindak, berpikir, dan berperilaku sebagai warga negara Indonesia yang bijak, beradab, dan saling menghargai.

Pancasila adalah alat pemersatu bangsa, yang menjaga keutuhan negara dari Sabang sampai Merauke.” — Ir. Soekarno

Referensi

Brata, I. B. & Wartha, I. B. N. (2017). Lahirnya Pancasila sebagai Pemersatu Bangsa Indonesia. Jurnal Santiaji Pendidikan, 7(1).

Wedakarna, S. I. G. N. A. W. M. W. (2022). Perdebatan Hari Lahir Pancasila, Trisila, dan Ekasila Berdasarkan Pemikiran Soekarno. Jurnal Pembumian Pancasila, 2(1).

Santika, I. G. N. (2021). Tinjauan Historis terhadap Keppres No. 24 Tahun 2016 Tentang Hari Lahir Pancasila. Vyavahara Duta, 16(2).

Leave a Comment