Down Syndrome

Sumber: Viva.co.id

Hari Down Syndrome Sedunia dideklarasikan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Desember 2011. Kampanye Hari Down Syndrome Sedunia dirancang untuk meningkatkan kesadaran publik tentang Down Syndrome, melalui deklarasi tersebut ditetapkan tanggal 21 Maret sebagai Hari Down Syndrome Sedunia. Pemilihan tanggal 21 Maret menggambarkan keunikan dari kondisi Down syndrome yang melambangkan kromosom 21, sementara Maret adalah bulan ke-3 yang melambangkan kondisi triplikasi atau trisomi pada penderita Down syndrome.

Selama berabad-abad, orang dengan Down Syndrome seringkali disinggung dalam lingkup seni, sastra, dan sains. Namun pada tahun 1886, John Langdon Down adalah seorang dokter asal Inggris menjelaskan deskripsi yang akurat tentang Down Syndrome. Hal inilah yang membuat kelainan kromosom ini dinamakan Down Syndrome yang mengambil nama belakang dari John Down.

Down Syndrome merupakan kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom. Kromosom merupakan serat-serat khusus yang terdapat di dalam sel tubuh manusia, ada bahan-bahan genetik yang menentukan sifat-sifat seseorang di sana. Data WHO (World Health Organization) memperkirakan 3000 hingga 5000 bayi terlahir dengan kondisi ini setiap tahunnya. Jika penanganannya tepat penderita dapat hidup dengan sehat dan mampu menjalani aktivitas secara mandiri, walaupun kelainan belum dapat disembuhkan.

Karakteristik Anak Down Syndrome

Menurut Olds, London, & Ladewing (dalam anonymous, 2013: 3), karakteristik yang dimiliki pada anak Down Syndrome dapat bervariasi, mulai dari yang tidak tampak sama sekali, tampak minimal, hingga muncul tanda yang khas. Tanda yang paling khas pada anak yang mengalami Down Syndrome adalah adanya keterbelakangan perkembangan mental dan fisik. Penderita Down Syndrome biasanya mempunyai tubuh pendek, lengan atau kaki kadang-kadang bengkok, kepala lebar, wajah membulat, mulut selalu terbuka, ujung lidah besar, hidung lebar dan datar, jarak lebar antar kedua mata, kelopak mata mempunyai lipatan epikantus, sehingga mirip dengan orang oriental, iris mata kadang-kadang berbintik, yang disebut bintik “Brushfield”.

Penanganan Anak Down Syndrome

Pendidik anak usia dini yang menangani peserta didik Down Syndrome dapat mengajarkan beberapa hal seperti, gerakan tari atau melakukan olahraga bersama dengan anak yang memiliki gangguan Down Syndrome lain, agar terlatih keterampilan motoriknya. Apabila hal tersebut kurang menarik bagi mereka, maka arahkan mereka untuk kegiatan bermain fungsional. Kegiatan fungsinal tersebut dapat berupa bermain lempar tangkap bola, berlari, dan menendang bola. Hal ini secara tidak langsung juga akan membangun karakter anak. Mereka yang merasa mampu melakukannya akan semakin percaya diri, sehingga mereka tidak canggung lagi untuk bermain dengan teman sebaya lainnya.

Di samping terapi fisik, mereka juga bisa diberikan terapi bicara secara fokus sehingga dapat memberikan modal bagi mereka agar dapat berinteraksi sosial dengan orang lain, sedangkan terapi okupasi dapat membekali anak untuk dapat melakukan beberapa hal yang berkaitan dengan keperluan pribadi mereka secara mandiri. Dukungan dari orang tua juga sangat dibutuhkan dalam hal ini.

Daftar Pustaka

Dr. Tjin Willy. (2019). Down Syndrome – Gejala dan Penyebab. Alodokter.com

Nancy, Y. (2022). Sejarah Hari Down Syndrome Sedunia 21 Maret. Tirto.id Rohmadheny, P. S. (2016). Studi Kasus Anak Downsyndrome Case Study of Down Syndrome Child. Jurnal CARE (Children Advisory Research and Education)3(3), 67-76.

Leave a Comment